Si Jantan Ngambek
Suara ribut-ribut keluarga Pak Sastro pagi itu tidak membuatku terusik. Tidak juga membuatku sekedar menengadahkan kepala untuk mencari penyebab keributan itu.
"Rian, cepat bangun! Sudah setengah enam lebih. Kamu bisa telat sekolah." Suara Bu Sastro membangunkan anak-anaknya yang masih tertidur.
"Bu, aku sarapan di kantor saja. Jalanan sudah ramai. Aku bisa telat kalau sarapan di rumah." Kata Pak Sastro sambil memakai kaos kaki.
Tak lama kemudian dengan wajah masih menahan kantuk dua anak laki-lakinya keluar dari kamar masing-masing.
"Aku juga sarapan di sekolah saja, Bu. Pagi ini ada les tambahan. Jadi masuk lebih pagi."
"Aku juga. Karena mau nebeng Kakak. Kalau naik angkot pasti nanti telat." Ucap si bungsu.
Mendengar itu Bu Sastro nampak sedih karena baru kali ini suami dan anak-anaknya pergi ke kantor dan sekolah tanpa sarapaan.
"Ya, sudah. Hati-hati di jalan. Maafkan ibu telat membangunkan kalian. Jam weaker nya mati. Mungkin baterainya habis.
"Nggak apa-apa, Bu. Mungkin ibu kecapekkan. Tadi malam kita pulang dari hajatan terlalu malam. Jadi ibu telat bangun."
"Iya juga sih. Tapi...biasanya ibu pasti bangun kok..." Suara Bu Darto mengingat-ingat kenapa dia bisa telat bangun.
"Jangan-jangan?"
"Jangan-jangan kenapa, Bu?" Suara anaknya ikut menyambung ucapan ibunya.
"Oh. Tidak apa-apa. Kalian berangkat sekolah saja. Hati-hati di jalan." Bu Sastro berkata sambil melambaikan tangan pada anaknya.
Setelah sepeda montor anaknya melaju di jalan, Bu Suryo segera bergegas ke belakang rumah.
"Kamu kenapa, Jantan? Kenapa tidak membangunkanku pagi ini."
Pandangan Bu Sastro mengarah pada seluruh tubuhku. Untuk apa aku harus membangunkan kalian. Toh sebentar lagi kamu sekeluarga tidak menginginkan kehadiranku lagi. Kalian sudah punya weaker yang bisa diatur jam berapa kalian bangun. Sementara aku? Hanya akan bersuara saat matahari hendak terbit.
Untuk menarik perhatianku. Bu Sastro melempar biji jagung tumbuk ke tanah. Melihat itu tentu saja aku segera mendekat dan bermaksud untuk mematuk buliran jagung itu. Tapi, ada apa denganku. Leherku seperti yang ada sesuatu yang menyangkut. Saat mencoba bersuara, tidak bunyi lantang. Yang ada hanya bunyi "krookk".
Melihat keadaanku, Bu Sastro segera menangkap tubuhku. Dan dengan sigap membuka mulutku. Dan, tanpa perlu lama nampak sebuah benda kecil di pegangnya.
"Pantesan kamu tidak berkokok tadi pagi. Ini rupanya penyebabnya. Kamu segera pulih. Aku tidak jadi menjualmu. Kalau kamu tak ada, bisa-bisa aku tiap hari bangun kesiangan." Ucap Bu Sastro sambil melepas tubuhku.
"Kukuruyuuuk..." Dengan lantang aku bersuara karena sakit ditenggorokkan sudah hilang dan juga karena bahagia aku masih bisa bersama keluarga ini.
**kelihatannya lebih cocok ke cernak ya...:)
#tantangan6
#tantanganodop
#onedayonepost
#odopbatch5
Ceritanya santai dan sederhana Mbak Elin. Suka 😍
BalasHapusTerima kasih Mbak Desi...:)
Hapusbagus mba. lucu juga.. hehehe
BalasHapusHe he..ini ceritanya bingung mau buat cerita yang tokoh utama bukan manusia...:)
Hapus