Resensi Novel Cantik itu Luka karya Eka Kurniawan
Resensi novel Cantik itu luka
Judul: Cantik itu Luka
Penulis: Eka Kurniawan
Penerbit: Gramedia Pustaka
Halaman: 537
Judul: Cantik itu Luka
Penulis: Eka Kurniawan
Penerbit: Gramedia Pustaka
Halaman: 537
Wanita dan kecantikan dua hal yang tak terpisahkan. Hingga banyak wanita melakukan berbagai cara supaya terlihat cantik. Karena cantik bagi sebagian wanita adalah segalanya. Namun, di tangan Eka Kurniawan ternyata kecantikan itu merupakan sumber kesedihan.
Dewi Ayu, seorang anak yang lahir sebelum masa kemerdekaan Republik Indonesia. Dia adalah anak yang terlahir dari pernikahan inses. Bapak dan ibu Ayu merupakan saudara sebapak beda ibu. Bapaknya berdarah Belanda asli. Sementara ibunya merupakan anak selir bapaknya.
Baca juga: Resensi Novel Rantau Muara karya Ahmad Fuadi
Meskipun lahir dari perkawinan inses, namun dia lahir normal tanpa mengalami cacat fisik dan mental. Bahkan kecantikannya sangat nampak sebagai seorang blasteran. Perpaduan yang pas antara 75% darah Belanda dan 25% darah Indonesia.
Apakah nasib Dewi Ayu juga seindah nama dan kecantikkannya?
Pada masa penjajahan Belanda hidup Dewi Ayu bergelimang dengan kemewahan. Dia tidak kurang harta maupun kasih sayang dari kakek neneknya. Karena orang tuanya memilih meninggalkan Ayu di rumah orang tuanya, daripada mengasuh anak mereka.
Nasib Dewi Ayu berubah sangat drastis saat Tentara Jepang menduduki Indonesia. Kakeknya pergi untuk mengusir Jepang yang pada akhirnya meninggal dalam perang. Sementara neneknya memutuskan kembali ke Belanda. Naasnya kapal yang ditumpangi neneknya telah disabotase tentara Jepang kemudian ditenggelamkan.
Baca juga: Resensi Novel Kau, Aku dan Sepucuk Angpao Merah
Praktis semenjak itu Dewi Ayu sendirian, apalagi rumah tempat tinggalnya di ambil alih oleh Jepang. Akhirnya, dia pun ditangkap dan diasingkan ke pulau Nusa Kambangan sebagai tahanan politik.
Perlahan nasib Dewi Ayu mulai berubah saat menjadi Jugun Lanfu yaitu pelacur pada masa penjajahan Jepang. Hingga dia hamil tanpa diketahui siapa bapak dari anak tersebut. Seorang bayi perempuan lahir dari rahim Dewi Ayu yang kecantikannya tidak kalah dengan ibunya.
Seiring waktu berjalan Dewi Ayu memiliki empat orang anak, dimana ketiga anak perempuannya sangat cantik. Sementara yang keempat mempunyai wajah yang buruk rupa bahkan menakutkan. Karena pada waktu hamil Dewi Ayu memang berusaha untuk menggugurkannya serta menginginkan anak yang buruk rupa.
Setelah besar, ketiga anaknya menikah, tentu saja dengan lelaki pilihan Dewi Ayu. Dan, masing-masing dari mereka mempunyai anak. Cucu pertama laki-laki dari anak pertama. Sementara dari anak kedua dan ketiga masing-masing satu anak perempuan. Kesemua cucunya cantik dan tampan dengan umur yang hanya selisih satu dan dua tahun.
Melihat ketiga anaknya sudah menikah, Dewi Ayu ingin segera meninggal dunia dengan cara mengurung diri di dalam kamar. Pada akhirnya dia memang meninggal dunia. Meninggalkan anak keempatnya yang buruk rupa bersama seorang pembantunya yang setia.
Kehidupan anak-anak Dewi Ayu pada mulanya biasa saja. Hingga pada saat anak-anak mereka mulai dewasa, mulai timbul masalah. Dari cucu lelaki yang menghamili anak keempat Dewi Ayu. Cinta segitiga diantara ketiga cucunya. Akhirnya berhujung pada kematian cucu dan menantunya secara tragis.
Pada akhirnya setelah kematian cucu dan menantu-menantu, keempat anak Dewi Ayu saling bertemu dan berkunjung untuk saling menguatkan satu sama lain.
Novel ini bagus tetapi menurut saya, sangat tidak recomended untuk anak usia sekolah. Karena banyak ditemukan kata-kata yang kasar dan vulgar dalam novel ini.
Saya suka dengan alur cerita tentang masa-masa perjuangan, meskipun hanya cerita fiksi. Jumlah tokohnya banyak sekali, saya sampai lupa nama-namanya.
Dari novel ini kita bisa belajar bawasannya kecantikan seorang wanita itu bukanlah segalanya. Kecantikan bisa menjadi racun nagi pemiliknya jika tidak mampu menjaga dan menggunakan dalam kebaikan.
Dari cerita ini kita juga bisa belajar bawasannya hukum karma itu nyata. Tentang hubungan inses yang seharusnya tidak terjadi. Hingga anak dan cucunya menanggung hukumannya.
Setiap perbuatan akan mendapatkan balasannya. Baik dan buruk kita tinggal memilih jalan mana yang kita pilih.
Penasaran ceritanya, silahkan baca novelnya.
Dewi Ayu, seorang anak yang lahir sebelum masa kemerdekaan Republik Indonesia. Dia adalah anak yang terlahir dari pernikahan inses. Bapak dan ibu Ayu merupakan saudara sebapak beda ibu. Bapaknya berdarah Belanda asli. Sementara ibunya merupakan anak selir bapaknya.
Baca juga: Resensi Novel Rantau Muara karya Ahmad Fuadi
Meskipun lahir dari perkawinan inses, namun dia lahir normal tanpa mengalami cacat fisik dan mental. Bahkan kecantikannya sangat nampak sebagai seorang blasteran. Perpaduan yang pas antara 75% darah Belanda dan 25% darah Indonesia.
Apakah nasib Dewi Ayu juga seindah nama dan kecantikkannya?
Pada masa penjajahan Belanda hidup Dewi Ayu bergelimang dengan kemewahan. Dia tidak kurang harta maupun kasih sayang dari kakek neneknya. Karena orang tuanya memilih meninggalkan Ayu di rumah orang tuanya, daripada mengasuh anak mereka.
Nasib Dewi Ayu berubah sangat drastis saat Tentara Jepang menduduki Indonesia. Kakeknya pergi untuk mengusir Jepang yang pada akhirnya meninggal dalam perang. Sementara neneknya memutuskan kembali ke Belanda. Naasnya kapal yang ditumpangi neneknya telah disabotase tentara Jepang kemudian ditenggelamkan.
Baca juga: Resensi Novel Kau, Aku dan Sepucuk Angpao Merah
Praktis semenjak itu Dewi Ayu sendirian, apalagi rumah tempat tinggalnya di ambil alih oleh Jepang. Akhirnya, dia pun ditangkap dan diasingkan ke pulau Nusa Kambangan sebagai tahanan politik.
Perlahan nasib Dewi Ayu mulai berubah saat menjadi Jugun Lanfu yaitu pelacur pada masa penjajahan Jepang. Hingga dia hamil tanpa diketahui siapa bapak dari anak tersebut. Seorang bayi perempuan lahir dari rahim Dewi Ayu yang kecantikannya tidak kalah dengan ibunya.
Seiring waktu berjalan Dewi Ayu memiliki empat orang anak, dimana ketiga anak perempuannya sangat cantik. Sementara yang keempat mempunyai wajah yang buruk rupa bahkan menakutkan. Karena pada waktu hamil Dewi Ayu memang berusaha untuk menggugurkannya serta menginginkan anak yang buruk rupa.
Setelah besar, ketiga anaknya menikah, tentu saja dengan lelaki pilihan Dewi Ayu. Dan, masing-masing dari mereka mempunyai anak. Cucu pertama laki-laki dari anak pertama. Sementara dari anak kedua dan ketiga masing-masing satu anak perempuan. Kesemua cucunya cantik dan tampan dengan umur yang hanya selisih satu dan dua tahun.
Melihat ketiga anaknya sudah menikah, Dewi Ayu ingin segera meninggal dunia dengan cara mengurung diri di dalam kamar. Pada akhirnya dia memang meninggal dunia. Meninggalkan anak keempatnya yang buruk rupa bersama seorang pembantunya yang setia.
Kehidupan anak-anak Dewi Ayu pada mulanya biasa saja. Hingga pada saat anak-anak mereka mulai dewasa, mulai timbul masalah. Dari cucu lelaki yang menghamili anak keempat Dewi Ayu. Cinta segitiga diantara ketiga cucunya. Akhirnya berhujung pada kematian cucu dan menantunya secara tragis.
Pada akhirnya setelah kematian cucu dan menantu-menantu, keempat anak Dewi Ayu saling bertemu dan berkunjung untuk saling menguatkan satu sama lain.
Novel ini bagus tetapi menurut saya, sangat tidak recomended untuk anak usia sekolah. Karena banyak ditemukan kata-kata yang kasar dan vulgar dalam novel ini.
Saya suka dengan alur cerita tentang masa-masa perjuangan, meskipun hanya cerita fiksi. Jumlah tokohnya banyak sekali, saya sampai lupa nama-namanya.
Dari novel ini kita bisa belajar bawasannya kecantikan seorang wanita itu bukanlah segalanya. Kecantikan bisa menjadi racun nagi pemiliknya jika tidak mampu menjaga dan menggunakan dalam kebaikan.
Dari cerita ini kita juga bisa belajar bawasannya hukum karma itu nyata. Tentang hubungan inses yang seharusnya tidak terjadi. Hingga anak dan cucunya menanggung hukumannya.
Setiap perbuatan akan mendapatkan balasannya. Baik dan buruk kita tinggal memilih jalan mana yang kita pilih.
Penasaran ceritanya, silahkan baca novelnya.
saya aja sampe gak berkedip bacanya,,,konfliknya sangat susah di tebak dan bikin meledak ledak
BalasHapusIya, endingnya susah ditebak, kalau belum baca 80 persen bukunya.
HapusBetul juga ya, kadang kecantikan belum tentu membawa bahagia, bisa juga membawa luka seperti nasib Dewi ayu ini.
BalasHapusSaya cukup suka juga dengan novel yang bersetting pada zaman dahulu seperti jaman Belanda.😊
Novel yang settingnya jaman dahulu membuat kita bisa membayangkan kehidupan pada jaman tersebut.
HapusBetul sekali mbak, kadang saya juga kalo nonton film silat saur sepuh atau semacamnya jadi ikut membayangkan hidup jaman dahulu.:D
HapusNggak ikutan sekalian akting jaman dahulu😁😁
HapusIni salah satu novel di Ipusnas yg ngantrinya nggak beres2 😅 selain novel Laut Bercerita
BalasHapus