Terhindar dari Kecelakaan Karena Telat Naik Bis Beberapa Detik
Terhindar dari Kecelakaan Karena Telat Naik Bis Beberapa Detik - Setiap tempat yang pernah kita singgahi memberikan pengalaman yang berbeda. Meskipun tempat itu terlihat biasa karena seringnya kita dikunjungi, bisa jadi memberi pengalaman yang luar biasa.
Bagi sebagian orang bandara, stasiun atau terminal akan terlihat biasa saja. Tetapi bagi yang jarang bepergian tempat-tempat seperti itu pasti akan memberi kesan tersendiri. Kebetulan saya tinggal di desa, jadi sangat jarang berada di tempat-tempat itu. Karena sangat jarang menggunakan kendaraan umum kalau tidak bepergian jarak jauh.
Jadi, kalau ditanya tentang pengalaman waktu berada di tempat-tempat itu hanya sedikit cerita saja. Bagi saya tempat-tempat itu merupakan berkumpulnya dua kejadian yaitu pertemuan dan perpisahan. Ada kebahagiaan ketika bertemu dengan saudara dan ada kesedihan karena harus berpisah dengan keluarga.
Salah satu yang saya perhatikan saat berada di tempat umum seperti bandara, terminal atau stasiun adalah menjaga barang bawaan saya semaksimal mungkin. Karena kita tidak pernah tahu bahaya yang akan datang. Saya selalu mengusahakan agar tas tangan berada di bagian depan tubuh dan memisahkan uang, tidak hanya berada dalam satu tas saja. Itu untuk menjaga, jika terjadi sesuatu.
Meskipun jarang bukan berarti tidak pernah mengunjungi tempat-tempat tersebut. Kebetulan waktu itu ada acara di Surabaya. Dari tempat tinggal saya di Madiun kalau harus ke ibukota provinsi jarak tempuhnya sekitar 4-5 jam naik kendaraan. Bisa lebih kalau kena macet. Waktu itu saya sekeluarga memilih menggunakan bus. Saat itu anak baru satu. Jadi, kami pergi bertiga.
Saat tiba di terminal Purabaya, nama terminal di Madiun. Anak saya tidak mau kalau naik bus Sumber Kencono (SK), bus yang membuat kita terus menyebut nama Allah saat menaikinya karena kecepatannya yang luar biasa. Bus ini juga sering terlibat kecelakaan. Akhirnya naik bis yang lain. Entah apa waktu itu lupa.
Singkat kata, acara di Surabaya berakhir tengah malam dan kami pun langsung ke terminal Bungurasih, terminal bus di Surabaya. Begitu sampai di sana kebetulan sekali terlihat ada bus yang mau berangkat. Tetapi, sesaat kami tiba di depan bus, pintu bus di tutup oleh kondektur dan tidak mengijinkan kami naik. Kecewa pastinya. Tetapi, itu sudah keputusan kondektur dan pihak terminal yang mengharuskan bus harus berangkat saat itu.
Beruntungnya di belakang bus tadi ada bus yang sama juga. Meskipun untuk berangkat harus nunggu beberapa saat terlebih dahulu.
Saat menaiki bus, saya bermaksud duduk di belakang sopir karena suka mengamat jalanan bareng pak sopir. Apalagi waktu itu banyak bangku kosong sehingga bisa memilih kursi untuk duduk. Maklum saja bus malam beda kalau siang pasti berdesakan. Namun, pak suami tidak mengijinkan karena katanya bahaya duduk di belakang pak sopir. Pikir saya waktu itu, wah paksu ini tidak tahu serunya duduk di belakang pak sopir sambil mengamati jalanan.
Ngomong-ngomong ada tidak nih yang pernah naik bis malam di daerah jawa timur? Gimana perasaannya, seperti terbang rasanya. Bayangkan jarak Surabaya Nganjuk yang biasa ditempuh sekitar tiga jam lebih. Malam itu hanya butuh waktu satu setengah jam. Oh, ya waktu itu belum ada tol ya, jadi masih pakai jalur biasa. Di sekitar daerah Mojokerto bus benar-benar terbang saat melewati jalanan yang ada gundukannya sedikit. Pikir saya waktu itu, ini kalau yang naik orang hamil tua pasti langsung melahirkan. Rencana tidur di dalam bus pun tidak terlaksana karena gonjangan bus terlalu besar dan juga diliputi rasa takut terjadi apa-apa.
Waktu pulang dari Surabaya pun saya tidak naik SK, kalau tidak salah Bus Eka. Namun, kecepatan bus malam pun hampir sama saja. Sebagian sopir berpikir mungkin karena malam jalanan sepi sehingga jarang yang naik bus.
Sampai daerah Jombang terlihat ada kecelakaan bus, ternyata bus yang sebelumnya saya ingin naik waktu di terminal Bungurasih. Dan, terlihat bagian yang rusak adalah kaca bagian sebelah kanan atau sopir. Rasa syukur, tak henti saya ucapkan waktu itu. Ternyata kekecewaan untuk naik bus ada hikmahnya juga bisa terhindar dari kecelakaan. Meskipun terlihat tidak ada korban jiwa, tetapi kecelakaan tersebut tentu juga akan mengganggu perjalanan.
Surabaya-Madiun yang biasanya di tempuh sekitar 5 jam waktu itu cukup 3 jam setengah saja. Meski jantung berpacu, tetapi senang juga bisa tiba di kota kelahiran dengan cepat dan bisa segera istirahat. Memang naik bus malam itu benar-benar memacu adrenalin kita. Menurut yang saya dengar dari berbagai sumber, kecepatan bus malam itu memang sebagian seperti itu.
Itu tadi sedikit pengalaman saya sewaktu berada di terminal, bisa terhindar dari kecelakaan karena telat naik bus beberapa detik saja. Coba kalau saya memaksa naik bus itu, pasti akan lain ceritanya. Kalau teman-teman punya cerita apa nih sewaktu di terminal?
Posting Komentar untuk "Terhindar dari Kecelakaan Karena Telat Naik Bis Beberapa Detik "
Terima kasih sudah berkunjung. Mohon tidak meninggalkan link hidup di komentar. Insya Allah saya akan berkunjung balik. Bila berkenan bisa saling follow aku media sosial saya yang lain.